SATU JAM KOTAGOA BERSAMA KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NTT
Kediaman Kadis P dan K Provinsi NTT
Langit tampak kemerahan,
pertanda mentari akan kembali ke peraduannya. Senja yang sempurna. Dengan
langkah pasti kami menyusuri setapak depan Lipo Plaza,
Kupang, NTT. Kediaman Kadis P dan K Provinsi NTT yang dituju.
Pintu diketuk, dengan penuh
ramah kami disambut oleh sang pemilik rumah, Bapak Linus Lusi.
Memang beliau adalah Kadis P dan K Provinsi NTT. Setelah berbasa basi langsung
saja kami mengutarakan tujuan kedatangan senja itu.
Pengembangan Mutu Sekolah
dan Persiapan Menuju Intan SMPSK Kotagoa, itulah topik yang dibahas. Bapak
Mateus Tule selaku Kepala Sekolah membuka rangkaian pembicaraan.
“Kami dari SMPSK Kotagoa
Boawae, Kabupaten Nagekeo memohon maaf telah mengganggu waktu Bapak,” ujar
Bapak Mateus.
Setelah itu, pembicaraan
dilanjutkan oleh Bapak Inocentius Keo, selaku moderator diskusi tersebut.
Obrolan berlansung dengan santai tetapi terarah.
“ Ini sekolah katolik, maka
kekatolikan itu harus nampak dalam pengembangan pendidikan akademik dan non
akademik. Selain itu sekolah harus mendesain program ekstra. Tujuan program
ektra untuk menyiapkan siswa itu ke arah mana,” ungkap Bapak Linus.
“ Di bidang akademik harus
dipacu dengan betul karena mereka akan disiapkan menjadi seorang pemimpin.
Kalau hal ini diperhatikan dengan betul maka sekolah ini akan menjadi incaran,”
lanjutnya.
Selain itu beliau juga
menyinggung terkait asrama sekolah.
“ Kalau di asrama, bobot
kegiatan keasramaan mengisi malam hari harus benar-benar nampak. Nilai apa yang
ditawarkan. Apakah hanya sekedar belajar materi untuk esok hari atau ada bobot
kegiatan lain yang menunjang pembentukan karakter nilai akademik dan non
akademik.”
Lebih lanjut beliau
menambahkan bahwa untuk membangun dan mengembangkan mutu pendidikn lembaga ini
perlu didiskusikan oleh seluruh elemen, melibatkan tokoh-tokoh tertentu,
melibatkan narasumber, para profesional sehingga benar-benar nampak dan kalau
ini dilakukan akan menjadi sekolah unggulan sehingga semangat menuju pesta
intan dipersiapkan dari sekarang.
Terkait persiapan pesta intan 75 tahun SMPS Katolik
Kotagoa Boawae beliau menanggapi bahwa ikatan alumni harus diperkuat melalui
media sosial atau melalui metode lainnya sehingga mereka dapat memberi
kontribusi bersifat penyuluhan, aksi nyata dan lain sebagainya di masyarakat. Bukan
diserahkan kepada sekolah tetapi ikatan alumni harus memberikan kontribusi.
“Supaya tidak melawan lupa, silahkan melakukan wawancara
dengan pendiri dulu dalam sejarah parade SMPSK Kotagoa selama 75 tahun dan
dibukukan”, imbuhnya.
Selanjutnya beliau menanggapi tentang dampak pandemi dan
penggunaan IT.
“Pandemi justru ruang yang sangat bagus kita hidup di
bawah tekanan. Dengan tekanan maka
banyak kemungkinan aktivitas. Semuanya ada di guru. Mendaur ulang, memback-up
kembali kurikulumnya, menciptakan model-model pembelajaran berbasis aplikasi
dan digitalisasi. Dengan pandemi membuat siswa dan guru berkreasi. Guru
mendatangi rumah siswa dan menentukan titik kumpulnya jika kendala pada
jaringan sehingga nilai sosial budayanya nampak,” ujarnya.
Beliau juga memberi pesan dan motivasi untuk semua
komponen-komponen yang ada di SMPS Katolik Kotagoa Boawae, baik komite, guru, orang
tua, alumni dan lain-lain.
“Sebagai Kadis P dan K Provinsi NTT, saya tidak muncul
dari atas tetapi memulai karier dari bawah, pernah jadi guru, kepala sekolah,
berkecimpung di birokrat pendidikan, Kadis Pora , Kadis P dan K dan saya tetap memberikan
sebuah keyakinan dalam menuju sebuah perubahan hidup dalam sektor pendidikan.
Ini sekolah swasta katolik, maka kekatolikannya benar-benar nampak dalam sprit melayani
cinta kasih sebagai ajaran Yesus Kristus sehingga militansi diri siswa
benar-benar dihidupkan. Ajak stakeholders eksternal yang bisa menumbuhkan
kegiatan-kegiatan ekstra di berbagai aspek.
Misalnya ada guru tamu, mengajak tenaga pengajar yang top dari sekolah
lain masuk di kelas dan mengajar mata pelajaran tertentu. Karya Tulis Ilmiah
harus diperkuat sejak SMP. Literasi, numerasi dan karakter harus diperkuat. Buatlah
ivent-ivent non akademik yang melibatkan SMP se- Kabupaten Nagekeo sehingga
marketing publik terhadap sekolah ini benar-benar melekat sehingga orang bisa
meninggalkan sekolah negeri atau sekolah lain datang di sekolah ini karena ada
nilai tambah. Pembelajaran harus berbasis kontekstual dan tidak sebatas di
kelas. Setiap pembelajaran selesai harus ada titik refleksi. Sebelum kembali
kepala sekolah mengumpulkan guru-guru dan doa bersama. Menjelang tahun ajaran
baru guru harus turun gunung menjemput siswa baru. Setiap guru mempunyai berapa
target siswa. Jangan tunggu siswa karena ini sekolah swasta. Buatlah sekolah
menjadi rumah kedua. Nyaman bekerja. Kegiatan OSIS dan kesiswaan harus
diperkuat. Latihan kepemimpinan OSIS, jurnalistik dan lain sebagainya dengan
guru-guru yang memiliki kompetensi.”
Bapak
Kadis juga mengharapkan agar tahun berikutnya sekolah bisa menampung
1000 siswa. Hingga akhirnya Bapak Kepala Sekolah menyimpulkan semua rangkaian
diskusi dan menyatakan siap untuk mengaplikasikan terhadap apa yang telah
didiskusikan serta mengucapakan terima kasih kepada Bapak Kadis dan kami
berpamitan untuk kembali penginapan. Eddi Suarez (01-10-2021)
Komentar
Posting Komentar